Peringatan Hari Kartini tahun 2019 berlangsung cukup meriah. Acara dimulai dengan pengarahan dari Wakil Bidang Kesiswaan, Moh. Zen, S.Pd. Pembacaan doa oleh Ahmad Fadilah, S.Pd.I., M.Pd. Selanjutnya diikuti oleh berbagai pertunjukkan dan lomba.
Pertunjukan drama mengawali kegiatan Hari Kartini. Drama dengan tema "Kita Sederajat" ini menampilkan pemain dari perwakilan kelas X dan XI. Cerita diawali dengan masa Kartini dipingit, hubungan dekatnya dengan beberapa teman dari Barat seperti Stella, Rosa, Annie, dan van Kol, pernikahannya dengan seorang bupati Rembang, perjuangannya mendirikan sekolah untuk pribumi khususnya kaum perempuan, hingga kematiannya setelah beberapa waktu melahirkan putra satu-satunya, R.M. Soesalit.
Setelah pertunjukan drama, kegiatan berikutnya adalah Lomba Memasak Nasi Goreng oleh kaum bapak. Peserta terdiri atas enam kelompok. Kelompok I adalah Mustofa, Rahman, S.Pd., dan Samian. Ketiganya dari perwakilan karyawan Tata Usaha.
Kelompok II adalah Sriyanto, Apriyatna, dan Daeng Abdul Rahman. Ketiganya juga perwakilan dari karyawan Tata Usaha. Katanya, nasi goreng kelompok ini memiliki rasa paling enak. Namun, belum pasti juga. Pemenang belum diumumkan.
Kelompok III adalah Drs. Mulyadi Priyoutomo, Drs. Indrianto, M.Pd., dan Drs. Wirsal, M.Pd. Gabungan dari guru Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan, dan Matematika. Berdasarkan Quick Count, kelompok ini menyatakan mendapat nilai tertinggi. Kita tunggu saja hasil Real Count Panitia.
Kelompok IV adalah Bangun Budi Satrio, S.Pd., Khoirul Huda, S.Pd., dan Drs. Abdul Rauf. Mereka adalah guru Bahasa Arab, Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan, dan Pendidikan Agama Islam. Banyak yang bilang nasi goreng mereka kebanyakan kecap. Benarkah?
Kelompok V adalah Didi Supriadi, Moh. Zen, S.Pd., dan Ahmad Fadilah, S.Pd.I., M.Pd. Kelompok ini gabungan karyawan Tata Usaha, guru Ekonomi, dan Pendidikan Agama Islam. Nasi goreng yang dihadirkan kaya akan bumbu, mulai dari kunyit, kencur, dan lain-lain. Jadilah nasi goreng warna kuning.
Kelompok VI adalah Sena Okto Priankartino, S.Pd., Moh. Kahfi, S.Pd., dan Budiyono, S.Pd. Ketiganya sebenarnya hanya peserta cabutan. Mereka tidak mendaftar tetapi dipaksa untuk membuat nasi goreng sampai menghidangkannya hanya dalam waktu 15 menit. Hasilnya? Ssst... Kita tunggu saja!
Lomba berikutnya adalah Fashion Show. Namun, nuansa yang dihadirkan layaknya Pemilihan Putra-Putri Daerah. Mereka tidak hanya memeragakan pakaian adat yang dikenakan tetapi juga sedikit mempresentasikan tentang daerah atau provinsi yang mereka wakili. Bahkan, mereka mendapat pertanyaan secara acak dari para juri. Tema yang ditanyakan tidak main-main, mulai dari tawuran, radikalisme, bullying, go green, dan lain-lain.
Berikut parade beberapa foto yang mewakili tiap provinsi dari masing-masing kelas:
Nah, tampan-tampan dan cantik-cantik, bukan? Ke depannya lomba ini diharapkan dapat lebih maksimal lagi, baik faktor tempat maupun waktu pelaksanaan.
Lomba yang terakhir adalah Cerdas-Cermat antarkelas. Pemahaman akan sejarah Indonesia sangat dituntut dalam lomba ini. Oh, ya... Di antara tiap pertunjukan dan lomba diselingi dengan beberapa tari daerah lho dari Ekstrakurikuler Tari Tradisional.
Demikian sekilas cerita Peringatan Hari Kartini Tahun 2019 di SMA Negeri 72 Jakarta. Semoga tahun berikutnya lebih berkualitas dan meriah dengan melibatkan partisipasi seluruh warga sekolah.
1 komentar:
selain masak nasi goreng, sekali2 coba dong guru2nya masak sayur sop...
Posting Komentar